MERENUNGKAN KEMATIAN

Maut adalah pemberi nasehat yang terbaik, sebagian ahli zuhud di tanya, "Apakah nasehat yang paling besar? jawabanya "merenungkan orang-orang mati"

"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati" (QS Az-Zumar:42)


Wahai orang yang tertipu, renungkanlah kematian beserta sekarat, kesulitan dan kepahitannya. sesungguhnya maut adalah janji yang paling jujur dan hakim yang paling adil. cukuplah maut menakutkan hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok-kelompok, menghancurkan kelejatan dan kenikmatan hidup serta memutuskan angan-angan dan harapan.

Apakah kau merenung wahai anak adam, hari kejatuhan dan kepindahanmu dari tempat tinggalmu, saat kau pindah dari keluasan menuju kesempitan, saat temanmu menghiantimu, saat saudaramu meninggalkanmu, saat kau dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu kedalam belahan bumi, lalu mereka menutupimu dengan tanah? hai penumpuk harta dan penghimpun gedung, demi Allah, kau tak memiliki harta lagi kecuali kapan yang menempel di badan. bahkan kafan itupun akan hancur dan binasa dan jasadmu akan menjadi makanan tanah. hai manusia apakah kalian tidak menangisi diri kalian sepanjang sisa hidup kalian. siapakah yang kubur adlah penuntutnya, kubur adalah rumahnya, tanah adalah tempat tidurnya, cacing adalah temannya. dan bersama itu semua ia menanti kiamat bagaimanakah keadaanya.

Imam Kurtubi berkata:
Bayangkan, wahai orang-orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu. bayangkan dirimu wahai anak adam, saat diangkat dari tempat tidurmu kedipan tempat kau dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikapani, keluarga dan tetangga menjadi takut kepadamu, para kawan handaitaulan menangisimu, mana suaminya, mana anaknya, kalian ditinggalkan olehnya dan kalian tidak akan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya.

wahai orang yang tertipu kenapa kau bermain, kau membuat angan-angan padahal kematianmu amat dekat, kau tahu ambisi adalah lautan yang tak bertepi yang perahunya adalah dunia. maka berhati-hatilah agar kau tak binasa.

Abu Darda, seorang sahabat besar memberi nasehat:
Ada tiga hal yang membuatku tertawa dan ada tiga hal yang membuatku menangis, yang membuatku tertawa adalah:
1. Orang yang mengharap dunia padahal maut mengintainya
2. orang yang dilalaikan dan yang tak dapat dilalaikan maut
3.Orang yang tertawa lepas, padahal dia tidak tahu apakah Allah ridho atau murka

tiga hal yang membuatku menangis adalah:
1. Berpisah dengan orang-oang tercinta , Muhammad SAW dan golongannya.
2.Kesulitan-kesulitan sakaratul maut
3. Berdiri di hadapan Allah pada hari ketika yang tersembunyi menjadi jelas, kemudian tak       tahu menuju surga atau neraka

kalian lahir untuk mati, kalian memakmurkan untuk kehancuran, kalian berambisi mengejar yang pana dan meninggalkan yang baka.

Berjalanlah untuk berjalan ketempat kembali
Berdirilah karena Allah dan beramalah dengan bekal yang baik
apakah kau mau berada disamping orang-orang yang berbekal, sedangkan kau sendiri tidak berbekal.
jika kau pergi tidak dengan bekal takwa dan setelah mati bertemu dengan orang-orang yang berbekal, kau akan menyesal karena tidak bisa seperti dirinya.
sebab kau tak waspada sebagi mana ia waspada.

ketahuilah bahwa kau akan dimintai petanggungjawaban
jika kau mengantar jenajah kedalam kubur
ingat, sungguh kaupun akan di usung
berbekallah dari dunia ini karena sesungguhnya kau tak tahu
bila malam telah tiba apakah kau hidup sampai fajar

betapa banayak anak kecil yang diharapkan panjang umur
tetapi ruh mereka dimasukan kedalam kegelapan kubur
betapa banyak orang sehat mati tanpa sakit
betapa banyak orang sakit malah hidup lebih lama
betapa banyak pemuda bersantai ria pagi dan sore
padahal kain kapan telah ditenun tanpa diketahuinya
betapa banyak orang tinggal di istana pada pagi hari
disore harinya dia menjadi penghuni kubur

Bersegeralah tobat wahai jiwa yang sadar, jadilah orang yang iklas, dan lakukanlah selalu amal baik, semoga engkau memperoleh keridoan Allah, tetaplah takwa, sebab takwa dapat memberikan rasa aman dan kengerian di padang masyar, biarkanlah dunia menghampiriu dengan sia-sia. bukankah akhir perjalan adalah perpindahan duniamu tiada lain laksana bayangan yang menaungimu lalu lenyap tak berbekas.