Katak yang tuli


Alkisah di sebuah negeri dongeng, terdapatlah sebuah kerajaan katak yang dipimpin oleh Raja yang sangat menyukai perlombaan. Setiap tahun selalu saja ada perlombaan yang melibatkan seluruh rakyatnya. Karena bagi Raja, perlombaan artinya ia akan menemukan talenta hebat yang dimiliki oleh rakyatnya, sedangkan bagi rakyat, perlombaan artinya adalah hiburan untuk menghindari kejenuhan dari rutinitas yang ada.
Suatu hari, Raja mengadakan perlombaan untuk katak-katak yang masih muda. Perlombaan kali ini, adalah untuk melihat ketangguhan yang dimiliki oleh katak muda – generasi penerus, yaitu mereka harus menaklukkan sebuah menara yang tinggi. Tentu saja hal ini disambut gembira oleh rakyatnya. Banyak dari katak muda yang mendaftarkan dirinya untuk mengikuti perlombaan tersebut.
Semua rakyat katak berkumpul untuk memberikan dukungan kepada anak, saudara atau teman mereka yang mengikuti perlombaan itu. Dan ketika aba-aba mulai sudah dikeluarkan oleh Raja, pertanda lomba dimulai, katak-katak muda itupun dengan antusiasnya berlompatan menuju menara tinggi. Terdengar teriakan penonton yang memberikan semangat dan dukungan, “ayoo…kamu pasti bisaaa!!”.
30 menit sudah berlalu, namun belum terlihat satupun yang berhasil melewati setengah dari menara itu. Satu persatu dari peserta perlombaan mulai mundur dan menyerah.
“Padahal kupikir ini mudah dan aku bisa jadi juara, tapi ternyata sulit sekali..” kata salah satu katak muda yang akhirnya kembali ke kumpulan penonton. Perlahan suara dukungan pun menjadi berkurang. Namun hal ini tidak mempengaruhi beberapa katak muda yang masih bersemangat dan berhasil melewati setengah dari menara tinggi itu.
Semakin tinggi menara itu dipanjat, ternyata membuat para peserta mengalami keletihan yang luar biasa. Beberapa dari mereka akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan karena sudah sangat lelah, dan akhirnya merekapun menyerah. Hanya tersisa beberapa saja dari katak muda yang tetap berusaha untuk mencapai puncak menara.
Teriakan dari penonton yang awalnya adalah memberikan semangat dan dukungan, perlahan berubah menjadi teriakan yang berubah 180 derajat. “Sudah…jangan dilanjutkan, nanti kamu terjatuh dan terluka!” atau “Mustahil bisa mencapai puncak menara, itu sangat sulit untuk kalian!” atau “Tidak akan ada yang bisa mencapai puncak, jangan paksakan diri kalian”. Hal ini membuat makin banyak katak muda yang akhirnya memutuskan untuk mundur dan menyerah.
Tersisa hanya 1 katak muda, yang terus berusaha untuk melanjutkan perjuangannya ke puncak. ketika sesaat dia melihat ke bawah, banyak dari penonton yang berteriak dengan semangatnya. “Akupun sudah letih dan ingin menyerah saja, namun mereka masih saja memberikan dukungan kepadaku.” Hingga akhirnya katak muda ini berhasil mencapai puncak menara dan menjadi pemenang.
Tentu saja hal ini membuat peserta perlombaan yang lain menjadi penasaran dan ingin tahu, bagaimana katak muda ini bisa melakukannya? Dan dari sinilah akhirnya mereka mengetahui, bahwa katak pemenang ini tidak bisa mendengar alias tuli.  “Di atas tadi, aku sempat melihat bahwa semua memberikan dukungan untukku, itulah yang memberikan tenaga tambahan hingga aku bisa mencapai puncak” kata katak pemenang itu dengan polosnya.

 Nilai yang dapat diambil:
Kisah katak tuli yang menjadi pemenang ini munkin seringkali kita temukan juga dalam kehidupan nyata. Di mana tadinya mereka yang dekat atau kenal dengan kita, yang selalu memberikan dukungannya kepada kita, tiba-tiba berbalik tidak mendukung lagi dan bahkan meminta kita untuk “pikir-pikir lagi deh” terhadap tindakan yang kita lakukan. Munkin maksud mereka adalah baik, mereka tidak mau kita terluka, memaksakan diri atau salah jalan, namun tindakan seperti itulah yang justru membuat kita ragu, bimbang dan akhirnya menyerah kepada impian kita.
Selain itu, dari kisah ini kita bisa belajar tentang pentingnya berpikiran positif dan fokus kepada tujuan. Tidak semua yang terlihat seperti memberikan dukungan, ternyata memang bermaksud memberikan dukungan. Namun dengan tetap menjaga pikiran kita untuk positif, maka hal-hal yang negatif tentunya tidak akan bisa mempengaruhi kita untuk mencapai tujuan. Terlebih lagi, dengan terus berpikiran positif, kita akan lebih mudah fokus kepada tujuan meski di dalam perjalanannya kita akan menemukan hambatan dan tantangan.